By: Benny Siowardjaja.
Memikul salib adalah salah satu syarat mutlak yang harus dipenuhi bagi setiap orang yang hendak mengikut Tuhan Yesus atau orang percaya atau orang Kristen. Secara umum orang menggabungkan dua langkah awal sebagai orang yang hendak mengikut Tuhan Yesus yaitu menyangkal diri dan memikul salib menjadi satu pengertian sekaligus seperti yang tertera dalam Lukas 9:23, yaitu Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Pendapat ini sebenarnya kurang tepat, sebab masing-masing langkah ini yaitu menyangkal diri dan memikul salib setiap hari memiliki pengertian yang khas dan berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan masing-masing langkah ini harus dijelaskan secara khusus dan terpisah agar tidak terjadi kerancuan pengertian antara menyangkal diri dan memikul salib.
Salib adalah sebuah kata yang tidak asing bagi orang Kristen sebab masa kini, salib menjadi simbol kemenangan bagi umat Kristen di seluruh dunia. Benda yang paling menonjol dari segala benda yang ditampilkan di dalam Alkitab adalah salib. Ingat salib, ingat Yesus, bahkan kata salib itu sendiri identik dengan korban Kritus. Salib dalam bahasa yunani disebut Stauros, merupakan alat siksaan dan alat hukuman mati bagi para penjahat pada waktu zaman penggenapan atau abad pertama. Salib juga disebut sebagai ksylon yang artinya kayu atau alat gantung bagi terdakwa yang bisa memiliki 3 kemungkinan bentuk:
- Berbentuk tonggak vertikal saja
- Berbentuk huruf T (Lat. crux commissa), vertikal dan horizontal
- Berbentuk hurut T tetapi kayu horizontalnya agak kebawah, seperti yang sekarang populer dikalangan kita ( Lat. crux immissa).
Pada zaman dahulu, salib merupakan alat dan cara menghukum mati terdakwa yang paling kejam dan hina. Hukuman ini biasa diterapkan atas orang-orang yang tertuduh dan terbukti sebagai orang jahat yang melanggar hukum yang berlaku. Hukuman penyaliban ini biasanya ditujukan kepada golongan budak atau orang-orang yang bukan warga negara Romawi. Sebelum disalib, biasanya terdakwa dipaksa untuk memikul kedua balok kayu yang disebut salib dan disiksa hebat terlebih dahulu dengan tujuan untuk mempercepat proses kematian si terdakwa di atas kayu salib. Salib adalah lambang penderitaan, penyiksaan, dan penghinaan yang maha dahsyat. Oleh karenanya, salib pada zaman dahulu dikaitkan dengan kutuk (Galatia 3:13).
Ketika Tuhan Yesus mengatakan bahwa setiap orang yang mau mengikut Dia harus memikul salibnya setiap hari (Lukas 9:23), salib sama sekali belum menjadi simbol kemenangan bagi orang yang mengikut Dia. Salib merupakan simbol kehinaan, penderitaan, dan siksaan. Lagi, Tuhan Yesus terkesan sedikit mengancam bagi orang yang hendak mengikut Dia dengan berkata siapa yang tidak bersedia memikul salibnya, ia tidak layak bagi Tuhan Yesus (Matius 10:38). Perkataan ini jelas menjadi perkataan yang keras dan sangat sulit dimengerti oleh para pengikut dan murid-murid Yesus waktu itu, siapa yang sanggup memikul sambol kehinaan dan siksaan keji?
Simbol kehinaan itu kemudian dipikul oleh Tuhan Yesus pada via dolorosa, sehingga simbol kehinaan itu berubah makna menjadi simbol kemenangan bagi seluruh pengikut Kristus. Seandainya Tuhan Yesus memilih tidak memikul salib itu maka selamanya salib itu tetap akan menjadi simbol kehinaan. Namun, sejak Yesus memikulnya dan memilih untuk mati di atas kayu salib sesuai dengan kehendak BapaNya, kini salib itu menjadi simbol kemenangan yang membawa keselamatan bagi umat manusia. Apa makna salib zaman kini bagi kita? Apakah kitapun harus tetap memikul salib kita masing-masing? Jika tidak, apa yang akan terjadi? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi bahan diskusi yang selalu “uptodate” di kalangan orang Kristen bahkan dalam keadaan tertentu menjadi bahan “ledekan” untuk orang percaya.
Sebagian orang berpendapat bahwa untuk menjadi orang kristen harus bersedia mengalami penderitaan, dihina oleh orang lain, dan mengalami siksaan (termasuk non fisik) yang pada akhirnya membuat orang Kristen dipandang sebagai orang yang tidak berbahagia hidupnya. Ada pula yang berpendapat bahwa pikul salib merupakan keadaan di mana seseorang harus membayar harga atas kesalahan yang telah dilakukannya di masa lampau (contoh: gegabah memilih pasangan lalu hidup pernikahan tidak bahagia, malas belajar di usia pelajar lalu sulit memperoleh pekerjaan yang layak, di pekerjaan korupsi lalu dipecat dari perusahaan). Sesungguhnya contoh ini bukanlah memikul salib seperti yang dimaksud oleh Tuhan Yesus walaupun yang dirasakan adalah penderitaan juga. Contoh di atas lebih tepat disebut sebagai menuai apa yang telah ditabur. (Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya (Galatia 6:7)).
Mari kita temukan makna salib yang sebenarnya, sehingga kita memiliki cara berpikir dan argumentasi yang Alkitabiah dan bisa memberikan penjelasan kepada pihak lain. Orang percaya masa kini memiliki dua macam salib, dan keduanya harus dipikul agar salib itu tidak menjadi simbol kehinaan namun berubah menjadi simbol kemenangan. Jika anda tidak bersedia memikul kedua macam salib ini, maka selamanya salib akan menjadi simbol kehinaan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus sendiri telah mengingatkan kepada muridNya dan kepada orang percaya untuk bersedia memikul salibnya setiap hari agar menjadi layak bagi DiriNya.
SALIB INTERNAL
Salib internal merupakan salib yang berasal dari dalam diri orang percaya yang lebih sering dikenal sebagai kedagingan atau keinginan daging dari setiap manusia. Paulus menyebutnya sebagai penyalibah daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya dalam Galatia 5:24-26;
Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh, dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.
Galatia 5:24-26
Dalam hal ini, segala kedagingan, hawa nafsu, dan keinginan-keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan harus disalibkan termasuk dipikul (sebab proses penyaliban seseorang selalu dimulai dengan proses memikul salib). Jadi ketika Paulus mengatakan “menyalibkan daging” pastilah yang dimaksud Paulus juga termasuk memikulnya.
Segala perbuatan daging yang bertentangan dengan perbuatan Roh tidak boleh dilakukan lagi oleh pengikut Kritus agar salib dan simbol salib yang dikenakan sungguh menjadi simbol kemenangan dalam hidup ini. Tidak membalas kejahatan dengan kejahatan adalah contoh nyata dalam memikul salib internal, maka orang yang menyakiti anda akan setidaknya mengakui dalam hatinya bahwa orang Kristen (anda) yang tidak membalas kejahatan dengan kejahatan adalah murid Kristus. Seketika itu juga simbol salib yang anda kenakan di telinga (anting), di leher (kalung), dan di baju menjadi simbol kemenangan. Sebaliknya, jika anda membalas kejahatan dengan kejahatan yang sama bahkan lebih kejam maka seketika itu juga simbol salib yang anda kenakan akan dipandang sebagai simbol kehinaan bahkan simbol kekejaman. Biasanya akan terdengar perkataan “orang Kristen kok gitu ya”. Itulah sebabnya seluruh kedagingan, hawa nafsu, keinginan-keinginan lain yang tidak sesuai dengan kehendak Allah, gila hormat, suka menantang, suka mendengki dan perbuatan daging lainnya tidak boleh diperbuat lagi. Pilihlah hidup oleh Roh yaitu sebuah kehidupan yang dipimpin oleh Roh Kebenaran yang pasti akan menghasilkan kebenaran dan kehidupan kudus. Sehingga simbol salib itu menjadi simbol kemenangan dalam hidup ini.
SALIB EKSTERNAL
Salib eksternal adalah beban yang berasal dari luar diri kita, atau beban orang lain yang Tuhan pandang/percayakan untuk anda pikul. Petrus menyebut salib eksternal ini sebagai kasih karunia atau berkat. Ini dapat dilihat dalam 1 Petrus 2:19;
Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung.
Dalam hidup ini selalu saja ada orang-orang yang membutuhkan uluran tangan orang percaya berupa materi, perhatian, waktu, pikiran, tenaga dan lain sebagainya. Tuhan memang mengijinkan hal ini terjadi dalam hidup dan ada beban-beban tertentu yang Tuhan ingin anda pikul. Inilah yang dimaksud dengan salib eksternal. Bila dalam kehendak Allah anda memikul beban orang lain yang sebenarnya anda tidak perlu memikulnya, maka saat itu juga simbol salib yang anda kenakan akan menjadi simbol kemenangan dalam hidup anda. Namun jika anda memilih untuk tidak memberikan bantuan bagi orang yang Tuhan “kirim” di hadapan anda untuk dibantu, maka mungkin saja orang yang tidak anda tolong akan berpikir bahwa percuma saja pakai salib besar di telinga namun tidak peduli dan tidak bersedia menolong orang yang dalam kesusahan. Sadarilah bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup orang percaya tidak ada yang kebetulan. Semua dalam kontrol, kendali dan rencana Tuhan termasuk jika ada orang yang mengalami kesulitan yang hadir dalam kehidupan kita. Ketika kita bersedia memikul beban itu, maka Allah akan memberkati kita seperti yang ditulis oleh Petrus dalam 1 Petrus 2:19 di atas (sebab adalah kasih karunia=berkat).
Sebenarnya kehadiran Lazarus di depan pintu rumah orang kaya yang hidupnya selalu berpesta pora dalam kemewahannya merupakan berkat besar yang Tuhan kirim melalui lazarus (Lukas 16:19-31) yaitu berkat kekal (masuk surga, berada di pangkuan Abraham), namun orang kaya itu memilih untuk tidak memikul beban seorang Lazarus yang dikirim Allah di hadapannya. Tentu kisah ini menjadi berbeda seandainya orang kaya itu berbagi roti dari mejanya untuk menghilangkan rasa lapar Lazarus, dia akan memperoleh bagian dalam kekekalan bersama Allah. Kabar gembira bagi kita! Allah akan mengirimkan Lazarus-Lasarus lain dalam hidup kita. Allah segera akan memberkati kita bila kita mengambil tindakan untuk memikul salib eksternal ini dan Allah akan menyediakan tempat yang nyaman (pangkuan Abraham) bagi orang percaya yang bersedia memikul beban orang lain dalam kehendak Allah. Tentu dalam hidup ini selalu saja ada “Lazarus-Lazarus palsu” yang hadir untuk memanfaatkan kebaikan bahkan menipu kita. Maka dengar-dengaranlah dengan Roh Kudus, sebab Dia adalah Roh Kebenaran yang pastinya mengatakan kebenaran dan tidak mungkin salah.
Jika orang percaya ingin simbol salib dalam hidup ini benar-benar menjadi simbol kemenangan, maka tidak ada cara lain kecuali memikulnya (internal dan eksternal). Sebab Yesus sendiri mengatakan bahwa orang yang tidak bersedia memikul salibnya setiap hari, ia tidak layak bagi Tuhan Yesus. Tentunya setiap orang percaya khususnya segenap jemaat GBI Puri Indah ingin menjadi layak bagi Tuhan Yesus bukan? karenanya ambilah keputusan untuk memukul salib anda masing-masing setiap hari.
Comments